Hurtful Remedy [Ficlet]

Hurtful Remedy

 Jeno – Amber – Dongahe [described only]

[Family/Angst – AU/High School]

If your smiles are tragedy, why are they my remedy?

.

.

.

.

.

Saat itu Jeno berumur 12 tahun, ketika pertama kalinya ia melihat senyum Amber.

Bukan, bukan berarti Amber jarang sekali tersenyum. Oh justru sebaliknya, noona tomboy itu selalu tersenyum, dan Amber yang sedang tertawa ataupun terkekeh bukanlah suatu pemandangan yang sulit ditemukan.

Hanya saja Jeno tidak pernah memerhatikan hal itu sebelumnya. Dia tidak pernah memerhatikan senyum Amber, tidak pernah menyadari bagaimana kakak kelasnya itu tersenyum, sampai detik ini, detik dimana Jeno menatapnya dan memakukan pandangannya, ketika suatu pikiran mengetuk kesadarannya.

Amber memiliki senyum yang sama dengan Donghae, lekukan bibir yang sama dan kerut mata yang sama. Sekilas Jeno merasa seperti sedang melihat wajah Donghae; hyung kesayangannya, hyung kebanggannya, hyung yang selalu ada untuknya – hingga minggu lalu, dimana sebuah kecelakaan kereta merebut Donghae hyung darinya.

Mengingat tragedi itu membuat Jeno marah dan geram. Jeno mengalihkan pandangannya dan kembali berjalan, meninggalkan Amber dan melupakan senyumnya.

Tapi memori dan kerinduan itu tidak mau hilang.

Suatu hari, ketika gerimis turun dalam kesunyian dan meninggalkan jejak basah di seragam SMP-nya, ia bersembunyi di luar pagar kawat lapangan baseball SMA untuk melihat Amber. Jeno melihat Amber berlatih, berlari, berbicara, bercanda, tertawa, dan tersenyum.

Tersenyum dan hidup.

Jeno kembali teringat ketika jemari tegas hyung-nya – yang telah mencetak banyak homerun membanggakan – membelai rambut hitamnya dengan penuh kasih sayang. Dia masih bisa mengingat – dan merasakan – kehangatan dalam senyum hyung-nya, yang agak sedikit berbeda dengan senyum Jeno sendiri – yang orang-orang bilang lebih terlihat cool dan calm.

Senyum itu sekarang ditemuinya di wajah orang lain – kakak kelasnya sekaligus anggota baru klub baseball SMA, klub yang sama dengan yang dinaungi hyung-nya ketika Ia masih hidup.

Donghae hyung dan Amber noona sebenarnya tidak semirip itu. Kemiripan mereka tidak akan terlihat kalau tidak diperhatikan dengan seksama. Amber – dengan rambut pendek hitamnya, topi, serta jaket baseball-nya yang terlihat agak kontras dengan rok SMA yang ia kenakan – selalu menyapa teman-temannya dengan senyum itu, senyum yang telah dia curi dari Donghae hyung.

Kenapa bukan kau?

Pikir Jeno dengan amarah yang lagi-lagi tidak jelas datangnya darimana

Tidak akan ada yang merindukan kepergian permain baru sepertimu.

Terkadang kerinduan Jeno yang terlalu besar membuat emosinya meluap, bahkan ia berpikir tubuhnya bisa meledak karenanya.

Selain melihat Amber dan senyumnya, Jeno akan mengatasi kerinduannya dengan berbaring di kasur hyung-nya, sambil mengenang aroma sang kakak di indra penciumannya. Namun seiring berjalannya waktu, aroma sang kakak semakin memudar. Hatinya semakin nyeri ketika ia menarik bantal Donghae dari kepalanya lalu mengendusnya, tidak lagi menemukan aroma sang kakak disana.

Jeno memeluk erat bantal biru-hitam itu dan menenggelamkan kepala kecilnya disana, sembari air matanya membasahi dan merembes di benda empuk itu.

Namun seberapa sakitnya Jeno mengingat dan mengenang sang kakak, ia tetap menghampiri lapangan baseball itu keesokan harinya. Lalu besoknya, dan besoknya, dan besoknya lagi, hanya untuk mencari bayangan sang kakak yang terdapat di dalam sosok anggota perempuan klub baseball  SMA itu.

~~~

“Nih, pakai aja.”

Amber menyodorkan payungnya ke seorang bocah SMP yang sedang berteduh. Bocah itu memandangnya heran, atau kaget?

“Nggak bawa payung, kan?”

Amber berbicara lagi karena bocah itu tidak memberikan respon, dan lagi-lagi bocah itu hanya menatapnya, bahkan kali ini ia mundur selangkah.

Amber menaikan kedua alisnya, sebelum menarik tangan kanan si bocah dan menyelipkan payung bergambar dinosaurusnya ke telapak tangan si bocah yang telah mendingin, dan terakhir mengatupkan jari-jari kecilnya, sehingga kini bocah laki-laki itu telah memegang payung Amber.

Si bocah mengerjap sesaat sebelum akhirnya sadar akan situasi yang ia alami, “N-nggak usah! Aku nggak per – ”

“Kembaliin aja ke siapapun yang ada di lapangan baseball SMA. Bilang aja itu punya Amber Jo, oke?” Amber tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. “Hati-hati di jalan.” Lalu Amber kembali ke teman-teman klub yang menunggunya dengan berlari kecil karena hujan yang deras.

“Numpang ya, Jung~” Amber menyelip di bawah payung salah satu (dari tiga) club mate-nya yang sama-sama berambut pendek – Eunjung.

“Bukannya anak SMP udah pulang daritadi, ya? Kasian amat sendirian begitu.” Ujar yang dikuncir satu sambil mengamati si bocah yang kini telah keluar dari tempatnya berteduh dengan mata kucingnya  – Jia.

“Kamu kenal dia?” Tanya yang berambut coklat keriting kepada Amber – Ailee.

Amber nyengir sebelum menjawab, “Enggak.”

Amber tidak sedang berbohong, ia memang tidak mengenal anak laki-laki itu. Tapi ia tahu bahwa anak laki-laki yang berasal dari SMP yang satu gedung dengan SMA-nya itu sering melihatnya berlatih dari luar pagar kawat lapangan baseball SMA.

Amber pikir itu hanya perasaannya saja, hanya kebetulan atau semacamnya. Tapi ia sadar bahwa satu minggu terakhir ini anak itu sering datang ke lapangan baseball dan melihatnya secara diam-diam.

Amber pernah sekali memandangnya balik, lalu melemparkan senyum. Anak itu menatapnya dengan tatapan kosong – seperti sedang berkhayal atau mengenang, entahlah, Amber juga tidak tahu. Namun ketika sadar Amber menatapnya balik dan tersenyum kepadanya, anak itu terlihat terkejut lalu air mukanya terlihat….marah? kesal? Lagi-lagi Amber tidak mengerti.

Kemudian anak laki-laki itu langsung berbalik dan pergi begitu saja, meninggalkan Amber yang bingung dan clueless.

Amber juga sepertinya tahu mengapa anak itu berdiri disana, berteduh sendirian. Dia melihat anak itu menontonnya lagi, di tengah gerimis pada saat jam pulang murid-murid SMP. Amber ingin menghampirinya dan menyuruhnya pulang karena sudah gerimis, dan hujan yang lebat akan segera menyusul sebentar lagi.

Namun mengingat tatapan anak itu kepadanya tempo hari, hari dimana Amber membalas tatapannya dan berusaha menyapanya lewat senyum, Amber mengurungkan niatnya kembali.

Amber tidak tahu alasan anak itu memperhatikannya. Awalnya ia pikir anak itu hanya penggemar semata, namun – walaupun tidak sepenuhnya yakin – Amber merasa anak itu merasa nyaman dan aman ketika ia menatap Amber, terutama ketika ia sedang tersenyum.

Jadi daripada merasa risih – seperti perasaan orang-orang pada umumnya ketika di stalk secara diam-diam – Amber hanya membiarkannya, dan selalu menampilkan senyum terbaiknya ketika anak itu sedang memperhatikannya.

~~~

word count : 938 words.

*Shrugs*

Lagi gak bisa mikirin Amber dalam cerita romance akhir2 ini so yeah, here it is. Sebenernya masih ada lagi ff AmberXJeno di draft (and some of them are non-romance i guess, lol), dan kalo ada kesempatan (and support ofcourse :3), mungkin mau ngeluarin another JenoBer/? yang ada di draft.

Oh and ofcourse, i wont forget to say my thanks for you who had read this, apalagi sampe repot2 ngereview/ngasih feedback. Thank you, ya ^w^

4 thoughts on “Hurtful Remedy [Ficlet]

  1. yaaah jenober unyu yaah :33
    berhubung aku gabisa nge review jadi menurutku ini udah cukup keren lah. aku suka yg unyu unyu cengok gini/?
    hah kebiasaan ya kak hanna suka ngutang ff tapi belum sempat dibayar udah tmbah lg. PHP niih :pp ._.v
    ah kureen lah pokojnya cepet di post aja yg laen :’D

    • Ngahaha maafkan aku dan hutang2kuuuuu. Cant help to release this, ff 1 ini tbh pelepas penat waktu lagi suntuk2nya, bagaikan kentut, kalo gak di kluarin rasanya nyiksaaah #NAJISLU

      Heiya, review sgini aja daku sudah syenang~ Makasih byk ya uda mampir. Have a nice day~ ^^

  2. *srogh* akhirnya inget buat cuap cuap ah, maafin yah hanna kalo sebelumnya gue cuma jadi *good* siders~

    mulai dari awal deh, gue kira ini ceritanya bakal ke arah roman-cinta-patah hati. abis quotenya gitu sih.. tapi ini menarik loh, keren dan nagih.

    mereka ini (amber-donghae) emang mirip banget sih dari senyumnya, Jeno juga. beda sama jjong yg mirip dari struktur wajah.

    tapi si norak kepedean yah, penggemar? hello merasa terkenal banget yah (emang iya XD) Jeno itu terlalu keren buat jadi penggemarlu tau..

    anw seneng deh baca ginian, ringan dan mudah dipahami. next project or yg kesimpen di pojok file semoga cepet rilis \m/

    • Hihi nyante aja yul, skg gue uda gak heboh lg sama masalah sider2an (But it doesnt mean i dont need review haha. Every writer does need review, dont they?)

      Gue nulis skg tuh cuma buat ‘melepas’ doang. Kayanya tuh klo lg penat abis nulis jd seger gitu haha #apadeh

      Makasih byk yaaaa uda baca dan review, I trully appreciate it~ ^v^

Leave a comment